TRIBUNMANADO.CO.ID-Malam itu sekira Pukul 01.00 WITA suasana di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado cukup ramai. Jika siang penuh dengan pedagang saat malam lokasi itu berganti menjadi pusat perkumpulan para kembang malam yang jadi buruan pria hidung belang.

Di beberapa sudut terlihat para Pekerja Seks Komersial (PSK) tengah duduk menanti pelanggan.

Ada yang asyik berbincang dengan beberapa pria, ada yang tertawa, ada juga yang duduk diam seorang diri.

Sekira dua tahun lalu Tribunmanado.co.id pernah melakukan investigasi di lokasi tersebut.

Tepat di pojok TKB terlihat wanita yang tengah duduk seorang diri.

Umurnya sekira 26 tahun, penampilannya tak terlihat seperti PSK pada umumnya dengan celana pendek dan pakaian seksi.

Ia memakai kaos lengan panjang hitan dengan celana yang menutup dibatas pergelangan kaki.

Sembari menatap ponsel ia terlihat gelisa, matanya liar ke kiri dan ke kanan.

Saat disapa ia membalas dengan rama, sebut saja namanya Mawar.

Meski tak berpenampilan seperti PSK ia mengaku juga ikut menjajakan diri.

Saat berbincang ia tak mau menatap, matanya tertuju pada layar ponsel yang terus menyala.

Meski tak ada pesan atau panggilan masuk, lirik matanya terus menatap ponsel.

Ia tampak malu, enta baru pertama atau tak biasa, ia tak memberi alasan tak mau menatap, meski begitu ia terus membalas setiap pertanyaan.

Dengan sedikit imbalan ia mau mebuka suara lebih lantang dengan berbagi kisah hidupnya.

Bersama seorang temannya ia kemudian mengajak ngobrol di salah satu bangunan tak jauh dari TKB.

Dari luar bangunan itu terlihat bersih, lantai bawahnya terdapat warung internet (warnet) banyak anak-anak bermain game di sana.

Namun saat memasuki lantai dua, suasana beruba drastis. Tak ada lagi suara tembak-tembakan dalam game, suasana sepi meski banyak pasangan di sana.

Mereka berbicara berbisik tanpa terdengar orang lain di luar percakapan mereka.

Mawar kemudian mengajak duduk disalah satu sudut ruangan yang tampak remang-remang.

"Duduk di sini saja, apa yang mau ditanyakan," ujarnya membuka percakapan kedua di tempat lain.

Belum sempat diberikan pertanyaan ia paham apa yang ingin dicari tahu, lantas ia mulai bercetita kisahnya masuk dalam dunia malam.

Bukan karena faktor ekonomi semata namun ada dendam yang mengajak kakinya melangkah ke dunia malam di komplek TKB.

Ia berkisah waktu berusia 18 tahun harus menerima nasib menjadi calon ibu.

Ya, dia mengandung di luar janji suci pernikahan. Perutnya yang kian membesar membuat ia terpaksa menikah diusia muda.

Suaminya saat itu berumur 22 tahun, meski belum memiliki pekerjaan ia yakin bisa berumah tangga dengan baik.

Awal pernikahan rumah tangga keduanya tampak baik-baik saja.

Meski diusia belia ia harus mengurus anak, memasak dan sedikit mencari tambahan dengan berkerja sebagai pembantu di rumah warga.

"Saat anak saya sudah satu tahun suami saya sudah punya pekerjaan, dia kerja di supermarket," akunya.

Kondisi rumah tangga saat itu mulai membaik, meski baru hidup pindah-pindah kos-kosan.

"Karena sudah kerja, kita sudah punya TV, motor dan prabotan lain. Itu dari kerja keras kami berdua," jelasnya.

Namun memasuki usia pernikahan ke empat tahun, suasana mulai beruba.

"Suami saya mulai jarang pulang, kadang pulang tapi sudah larut malam, sudah jadi pemabuk dan suka marah-marah," akunya.

Dia mengaku saat itu beberapa kali sempat menjadi sasaran pemukulan sang suami. "Saat uang sudah habis dia marah-marah bahkan sudah mulai memukul saya," akunya.

Mawar saat itu tak menaru curiga jika suaminya sudah main serong aliasa selingkuh.

Namun panggilan telfon tengah malam menjadi bukti penyebab sifat suaminya beruba.

"Waktu itu ada yang telfon, suami saya tidur, saat saya angkat suara wanita, saat saya bilang hallo langsung dimatikan. Tapi sebelumnya ada sms masuk yang berisi sayang kita so di TKB,"akunya.

Ia pun mulai yakin jika suaminya tak beres lagi dan mulai keluyuran ke TKB yang dikenal menjadi lokasi prostitusi.

Meski begitu ia sempat diam sampai akhirnya batas kesabaran Bunga habis saat barang prabotan, motor dan Tv dijual sang suami. "Dia jual semua dan dia jujur kalau uangnya mau pakai PSK di TKB. Saat itu saya menangis dan putus asa," jelasnya.

Bunga akhirnya memberanikan diri pergi ke TKB untuk melihat suaminya yang tak juga pulang. "Saya ingat itu masih jam 12 malam, saya lihat suami saya duduk di teras bangunan toko dengan seorang wanita. Saat saya ajak pulang dia justru pukul saya," akunya.

Meski begitu ia mengaku tak langsung pulang, ia sempat diam di sekitaran lokasi TKB sambil menangis. "Lalu ada ibu-ibu datang tanya kenapa saya menangis dia beri saya air di botol waktu itu. Karena saya juga tak punya keluarga di Manado saya pun bercerita pada ibu itu," jelasnya.

Namun curhatan Bunga kepada wanita tersebut justru menjadi pinta ia masuk ke dunia prostitusi.

"Ibu itu bilang saya tidak usah sakit hati, saya harus balas kelakuan suami saya, dia juga menawarkan saya untuk ikut jual diri," jelasnya.

Meski begitu ia tak sertamerta menerima tawaran tersebut sampai akhirnya ia dan suami berpisa. "Dari kejadian itu sekitar empat bulan kemudain suami saya lari dengan wanita lain dan tak kiembali," akunya.

Sekitar dua bulan ia sempat bertahan, namun masalah ekonomi membuat ia dan anaknya kesusahan. "Saya pun ingat tawaran ibu itu untuk jadi PSK di TKB. Saya tak cari ibu itu tapi saya langsung mangkal di TKB," akunya.

Kini sudah beberapa tahun ia menjajakan diri dan jadi pemuas nafsu.

Ia mengaku merasa bersalah dan malu jika sifat dan pekerjaannya diketahui sang anak yang sudah mulai besar. "Yang pasti saya sudah ada pikiran untuk tobat dan cari pekerjaan lain," akunya.

Sampai saat ini ia mengaku tak tahu lagi keadaan sang suami. "Yang pasti terakhir saya dapat kabar dia sudah kerja di Samarinda tapi tidak tahu di mana, anaknya saja dia tidak pernah datang lihat," tandasnya mengakhiri perbincangan. (Valdy Suak)