M.R Rujisamorn Sukhsvasti adalah kepala sekolah yang mendirikan Wannawit School 72 tahun lalu di Bangkok. Terletak di lokasi yang strategis di pusat kota, kepala sekolah kerap ditawari uang dengan jumlah besar untuk menjual sekolah yang bangunannya masih dari kayu itu. Namun, kepala sekolah dengan keras kepala tetap melanjutkan sekolahnya, khusus menerima murid-murid dari keluarga miskin. Beliau tidak menerima sepeser uang pun dari muridnya. Sekolahnya yang awalnya hanya berjumlah 8 orang kini telah ada 514 orang.
“Kalau sekolah ini tutup, kemana lagi anak-anak itu bisa sekolah?” ujar kepsek yang sudah renta itu di atas ranjangnya.

Film pendek ini adalah kisah nyata, menceritakan kisah hidup Rujisamorn yang dari guru muda menjadi kepala sekolah. Tekad dan semangatnya dalam mendidik anak membuat banyak orang sangat hormat kepadanya.
Perusahaan properti sempat menawarkan 1 miliar baht (sekitar 433 Miliar Rupiah) kepada beliau, namun beliau dengan tegas menolak tawaran menggiurkan itu.
Dalam 70 tahun pengalamannya mengajar, dia memberitahukan kepada para guru bahwa tanggung jawab seorang guru adalah mendidik murid, mengajarkan ilmu pengetahuan kepada mereka, membuat murid berakhlak tinggi. Dia lalu menceritakan kisahnya yang mengharukan untuk mengingatkan kita tidak memukul dan memarahi anak.
Saat terjadi kebakaran besar, dia tidak membiarkan murid-muridnya sendirian. Dia tetap menemani mereka, mengunjungi tempat pengungsian untuk menjenguk, bahkan menggunakan uang sendiri untuk membelikan pakaian kepada mereka.
Saat melihat kaos kaki muridnya bolong, dia pun menghadiahkan kaos kaki baru kepada muridnya..

Saat muridnya yang nakal berkelahi, dia tidak memarahi mereka, namun dia menggunakan selembar sapu tangan untuk mengikat kedua tangan anak itu. Kedua anak itu tidak diperbolehkan melepasnya. Alhasil, saat pulang sekolah, kedua anak itu menjadi lebih akrab.

Saat orang tua muridnya meninggal, dia akan memeluk muridnya dan menghiburnya agar murid itu merasakan kasih sayang.
M.R Rujisamorn Sukhsvasti telah mengabdikan hidupnya pada dunia pendidikan. Dirinya dari seorang gadis telah menjadi seorang tua renta, masa mudanya dikorbankan total untuk murid-muridnya.
Kini, dirinya hanya bisa terbaring di kasur. Saat hari guru, murid-muridnya berdatangan ke rumahnya, bernyanyi dan memberi penghormatan untuk beliau. Murid-muridnya itulah yang merupakan hasil “hidup” dari pekerjaannya. Bagi beliau, menjadi guru bukan hanya profesi. Menjadi guru adalah bagian dari hidupnya.
Iklan ini merupakan iklan Seven eleven 7-11 dalam rangka memperingati hari guru. Hari guru Thailand adalah 16 Januari. Di hari itu, murid-murid akan mengunjungi guru mereka dan biasanya akan berlutut di hadapan guru mereka, sambil membawa bunga sebagai rasa ucapan terima kasih.
"Terima kasih kalian telah mengunjungiku. Saya sangat terharu. Semoga kalian sehat, panjang umur seperti saya." ujarnya saat dikunjungi murid-muridnya.

sumber : pastiseru.com